Sabtu, 28 Mei 2011

REFLEKSI KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


REFLEKSI KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Oleh Bapak Marsigit

Dalam kuliah filsafat pendidikan matematika pertemuan terakhir, dibahas mengenai rangkuman singkat kuliah filsafat yang telah berlangsung pada semester 6. Secara singkat filsafat dapat diartikan sebagai  bagaimana cara berbicara mengenai hakekat dan makna dari segala sesuatu. Filsafat sebagai salah satu ilmu memiliki cabang lagi yaitu salah satunya filsafat pendidikan matematika. Obyek yang menjadi bahasan filsafat umum adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan obyek filsafat pendidikan matematika adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika.
Dalam berfilsafat, terdapat proses menjelaskan, dijelaskan, dan mentransformasi segala obyek filsafat. Dalam melakukan seluruh proses tersebut, seseorang perlu mempunyai dasar keikhlasan yang kuat agar tidak terjerumus pada suatu pencapaian yang salah. Hasil olah pikir sebagai pencapaian dalam berfilsafat tersebut akan sangat berpengaruh pada karakter seseorang. Jika seseorang tidak berhati-hati dalam berfilsafat, maka dikhawatirkan justru menimbulkan kekacauan pikiran dan hati.
Filsafat mempelajari bagaimana cara menempatkan diri sendiri dan menghilangkan arogansi dalam berfilsafat. Arogansi dapat menjadi titik awal kesombongan dalam berfilsafat yang sangat berbahaya. Penyakit dalam berfilsafat adalah sombong, parsial, dan tak sadar ruang dan waktu. Hal inilah yang harus dihindari dalam berfilsafat. Sebagai contoh kesombongan adalah tidak bisa berbicara sesuai kapasitas diri dan hanya bisa melebih-lebihkan. Dalam berfilsafat, berbicara sesuai kapasitas pun sangat memerlukan perjuangan, dan sangat sulit untuk selalu melakukannya, sehingga setiap orang mempunyai resiko berlaku sombong dalam berfilsafat. Itulah sebabnya mengapa harus selalu memiliki pondamen hati yang kuat sebelum berfilsafat.
Kesadaran ruang dan waktu sangat penting dalam filsafat umum, begitu juga dalam filsafat pendidikan matematika. Kesadaran menjadikan seseorang memiliki kekuatan untuk dapat mengelola adanya resiko, tantangan, dan harapan dalam hidup. Selain itu, tanpa adanya kesadaran ruang dan waktu seseorang tidak akan mampu berpikir jernih dan menemukan pure reason dalam dirinya. Pure reason dalam diri manusia adalah sifat positive thinking yang menjadi awal pemikirannya. Sifat ini sangat penting dalam proses berfilsafat agar mampu berpikir jernih dan tidak salah jalan.
Dalam pendidikan matematika saat ini, kenyataan bahwa adanya standar isi dalam proses pembelajaran matematika menjadi kontradiksi yang memerlukan pemecahan. Standar isi yang dinilai sebagai tolok ukur materi yang disampaikan terkadang justru dapat diartikan sebagai hasil akhir yang harus ada setelah proses pembelajaran selesai. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kasus ini standar isi bersifat statis dan dalam setiap levelnya tidak berkembang. Guru dan siswa tidak diberi kebebasan dalam mengajar dan belajar mengenai segala sesuatu tentang matematika. Padahal, matematika itu sendiri memiliki sifat dinamis dan maju, serta tidak hany terpacu pada suatu batas tertentu.
Dalam opininya, Bapak Marsigit menyatakan bahwa akan lebih baik jika siswa mengacu pada string of mathematics learning yaitu standar belajar matematika yang selalu berkembang dan dinamis. Dalam string of mathematics learning siswa belajar matematika sesuai kapasitas diri masing-masing dan hasilnya tak terbatas pada sesuatu yang statis untuk setiap individunya. Hal inilah yang menyebabkan siswa dapat merasa menyatu dengan matematika dan bukan hanya sekedar mempelajari matematika demi tuntutan guru dan orang tua, serta mereka akan merasa memiliki matematika sebagai salah satu kekayaan ilmu dalam pikirannya masing-masing. Selain itu, dengan adanya pembelajaran matematika dengan acuan string of mathematics learning maka akan dapat mengembangkan ilmu matematika menjadi ilmu yang kaya akan ide-ide ilmuannya.
Dalam dunia pendidikan, telah ada pendidikan karakter yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan karakter positif individual siswa yang dinilai masing-masing siswa tidak sama. Karakter dalam diri siswa dapat dikembangkan dengan cara guru menjadi fasilitator yang baik dalam proses belajar-mengajar, yaitu dengan cara menjalin komunikasi dua arah yang berkualitas dan positif.
Dalam komunikasi harus selalu terdapat komunikasi normatif dan spiritual yang baik sebagai komunikasi yang lengkap dalam diri setiap orang. Komunikasi normative dilakukan dari manusia kepada manusia yang lain, sedangkan komunikasi spiritual dilakukan kepada Tuhan. Dalam proses berkomunikasi normative, seseorang sangat perlu mempertahankan komunikasi spiritualnya sehingga dapat selalu mengarah pada komunikasi yang positif serta bermanfaat. Komunikasi yang positif dan bermanfaat inilah yang nantinya akan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar oleh guru dan siswa.
 Dalam kehidupan manusia, maka manusia tak akan terlepas dari filsafat. Karena filsafat adalah diri manusia. Filsafat adalah pikiran manusia. Filsafat juga merupakan gejala dan fenomena dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupannya pula, manusia dihadapkan pada proses transformasi dunia yang harus ia lakukan setiap saat. Transformasi tersebut dapat digambarkan dalam berbagai sumbu yang merentang dalam kehidupan manusia. Manusia selalu bergerak-gerak dan menentukan posisinya masing-masing dalam berbagai sumbu tersebut. Hal ini tentunya akan menjadi suatu pilihan hidup dan akhirnya menjadikan karakter individu masing-masing.
Dalam filsafat pendidikan matematika, transformasi dilakukan oleh guru dan siswa. Dalam melakukan transformasi dunia, setiap siswa akan berbeda dalam posisi dan hasilnya. Ada berbagai sumbu pula dalam transformasi pendidikan matematika, yaitu contohnya mengerti dan tidak mengerti, kreatif dan tidak kreatif, dinamis dan statis, dan lain-lain. Siswa sebagai individu yang mengembangkan matematikanya sendiri juga bergerak-gerak dalam berbagai sumbu tersebut dan tugas guru adalah membimbing agar siswa dapat menempati posisi terbaik dalam setiap sumbu transformasi pendidikan matematika.
Penerapan filsafat dalam pendidikan matematika sangat banyak dan penting. Hanya saja terkadang seseorang tidak menyadari bahwa ia telah berfilsafat. Contoh penerapannya adalah jika kita akan menuliskan  maka proses pertama adalah kita menuliskan  lalu menuliskan . Hal ini adalah two oneness yaitu dalam menuliskan  maka akan lebih memperhatikan yang sedang ditulis, tetapi juga tetap menghiraukan  sebagai yang sudah ditulis sebelumnya. Selanjutnya yang dimaksud three oneness adalah ketika menuliskan  maka akan tetap memperhatikan 2 hal sebelumnya yaitu dan . Demikian seterusnya sehingga bahkan ada multiple oneness. Contoh penerapan filsafat yang lain adalah:

-          = 0 memiliki arti a sebagai suatu potensi dan tak hingga sebagai intensitas serta 0 sebagai habis atau hilang.
Hal ini bermakna dalam kehidupan manusia dan dalam pengembangan potensi yang dimiliki, terkadang manusia memiliki kesalahan. Kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan yang besar ataupun kecil. Tanpa menghiraukan besar kecilnya kesalahan dan dosa, maka permohonan yang ikhlas dan terus menerus akan menghapuskan dosanya dan menjadi suci kembali.

-           memiliki arti  sebagai potensi ataupun derajad manusia, 0 berarti keikhlasan, dan 1 sebagai kuasa Tuhan.
Hal ini bermakna dalam kehidupan manusia, manusia memiliki nilai dan kesuksesan masing-masing. Kesuksedan tersebut dapat berupa pangkat ataupun derajat yang melekat pada diri pribadi. Tetapi dalam kaitannya berserah diri kepada Tuhan, maka bagaimanapun dan apapun derajat manusia, jika mau ikhlas dan bersyukur, maka akan dekat dengan Tuhan sang Pencipta.
Demikian tersebut contoh penerapan filsafat dalam pemaknaan kehidupan manusia. Filsafat adalah ilmu terbuka yang berkembang menurut pemikiran masing-masing individu, maka tafsiran tersebut mungkin saja berbeda untuk setiap orangnya. Manusia yang memiliki akal pikiran masing-masing berhak memaknai apapun sesuai dengan keinginannya tanpa harus selalu berpacu pada pemikiran orang lain.
Dalm filsafat pendidikan matematika, guru membuat LKS, siswa mengerjakan LKS. Guru menyusun RPP, dan guru serta siswa melaksanakan pembelajaran yang sesuai. Seluruh fenomena yang terjadi dalam serangkaian proses tersebut juga memiliki makna tersendiri. Pemaknaan terbaik adalah pada saat seseorang menanggapinya dengan jalan yang positif sehingga akan menghasilkan sesuatu yang baik yaitu tetap mengacu pada kemampuan dan kesadaran diri masing-masing,
Dalam proses siswa belajar matematika, keyakinan memiliki matematika dalam pikiran sebagai kekuatan dirinya adalah hal sangat penting. Guru seharusnya mampu mengembangkan semangat dan kecintaan siswa terhadap matematika menggunakan cara yang baik, bukan justru memberikan kesan sulit dan rumit atas matematika. Siswa sebagai individu yang belajar matematika, dan guru sebagai pembimbing dan fasilitator siswa belajar matematika menjadikan masing-masing siswa tersebut adalah ilmuan bagi matematika. Matematika dalam sudut pandang satu siswa berbenda dengan siswa lain, hal inilah yang menjadikan mereka mengeksplorasi matematikanya dengan cara yang berbeda. Mereka yang mengembangkan pikiran matematisnya sendiri, membangun konsep, menelusuri jalan, serta memperkaya matematikanya. Inilah yang disebut siswa adalah matematika itu sendiri.
Hakekat siswa dalam belajar matematika adalah sebagai yang ada, yaitu yang mengada dan pengada. Siswa harus dibimbing dan guru menjauhkan sifat determinisnya agar terhindar dari awal kesombongan dalam berfilsafat. Sifat determinis guru akan sangat membahayakan kemerdekaan berpikir siswa dan mematikan perkembangan karakter siswa masing-masing. Hal ini tentu saja bertentangan dengan tujuan pendidikan karakter yang sedang berlangsung.

Jumat, 20 Mei 2011

KUTUB-KUTUB DUNIA


Oleh: Bapak Marsigit

Obyek filsafat yang didefinisikan sebagai segala yang ada dan yang mungkin ada menjadikan dunia termasuk obyek filsafat. Di dalam dunia terdapat berbagai fenomena kehidupan, dan dijalani oleh seluruh orang. Dalam kehidupannya, tidaklah mungkin manusia tak menggunakan filsafat. Baik disadari ataupun tidak, filsafat sangat dekat dengan dengan kita terutama dengan orang-orang yang berpikir kritis. Contohnya adalah adanya pembeda antara baik buruk, benar salah, ada dan tidak ada, dan lain sebagainya. Dua hal atau lebih sebagai klasifikasi mendasar tersebut adalah kutub-kutub dunia.
Kutub-kutub dunia sangat banyak dan saling berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan manusia. Dengan adanya kutub-kutub tersebut manusia dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan, pemikiran, dan bahkan ide yang akan diambil nantinya. Inilah yang disebut sebagai tautan dimensi ke-n dari kutub-kutub tersebut. Untuk dapat berfilsafat dengan baik, maka seseorang harus mampu melakukan penjelasan dan dijelaskan tentang segala sesuatu. Dalam berusaha mencari penjelasan dan menjelaskan tersebut, seseorang pasti dihadapkan pada ontology, epistemology, dan aksiologi.
Ontology adalah unsur filsafat yang memelajari tentang hakekat dari segala sesuatu. Hakekat tersebut bisa berupa hakekat keberadaan, hakekat tujuan, hakekat nilai, hakekat cara, hakekat kebenaran, kesalahan, dan lain-lain. Dalam ontology terdapat berbagai kutub yang saling berinteraksi, contohnya adalah adanya intensif dan tak intensif serta ekstensif dan tak ekstensif. Dari kedua kutub tersebut saja dapat digunakan untuk mencari hakekat dari segala sesuatu.
Dalam filsafat pendidikan matematika, ontology berperan sangat penting dalam mengembangkan pola pikir kritis dari siswa dan guru. Tanpa adanya kutub intensif dan ekstensif, maka akan sangat sulit memahami matematika secara baik. Pemahaman matematika secara baik sangat penting karena akan membawa manfaat yang baik pula sebagai kelangsungan pembelajaran matematika selanjutnya.
Epistemology adalah unsur filsafat yang membahas berbagai hal mengenai cara, metode, proses, sumber-sumber, dan model segala sesuatu. Contoh kutub yang ada dalam epistemology adalah ada dan tak ada, benar salah, ada sumber dan tak adsa sumber, dan lain sebagainya. Kutub-kutub tersebut juga sebagai pengisi kutub-kutub dunia dan saling berinteraksi satu sama lain.
Pada suatu kasus permasalahan pembelajaran matematika di kelas seperti ketidakmampuan siswa mengikuti pembelajaran, dapat diatasi dengan mengganti model pembelajaran atau metode pembelajaran yang sesuai untuk kelas tersebut. Dalm pemilihan metode ataupun model yang digunakan tersebut, tentu saja seorang guru menimbang secara hati-hati atas keputusannya. Pertimbangan tersebut sebagai proses interaksi antara berbagai kutub, tidak hanya kutub dalam epistemology, tetapi juga kutub lain yang tidak terangkum dalam kategori epistemology.
Aksiologi adalah unsur filsafat yang membahas berbagai hal mengenai etik, estetika, dan spiritual. Semua yang berhubungan dengan etik, estetika dan spiritual ada dalam aksiologi. Termasuk kutub-kutub yang menyangkut tentang tiga hal tersebut. Contoh kutub-kutubnya adalah adanya jarak antara baik dan yang tak baik, etis dan yang tak etis, indah dan tak indah, membanggakan dan tak membanggakan, dan lain sebagainya.
Dalam pendidikan matematika, kutub-kutub aksiologi tersebut juga berpengaruh dengan kutub-kutub lain diluarnya. Contoh penggunaan kutub-kutub tersebut adalah pada saat pertimbangan mengenai akpek psikomotor siswa yang baik atau tidak. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan oleh guru sebagai pengamat perkembangan siswanya, maka tak mengherankan jika ternyata penggunaan kutub-kutub yang saling berinteraksi tersebut sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam ranah bahasan yang lebih luas, masih banyak sekali kutub-kutub lain dalam dunia yang saling berinteraksi dalam kehidupan manusia. Contohnya adalah vital dan fatal, subyektif dan obyektif, subyek dan predikat, beruntung dan tak beruntung, logos dan mitos, yang akan datang sekarang dan masa lalu. Semua contoh kutub tersebut sangat berpengaruh pada proses transformasi dunia.
Transformasi dunia adalah proses pembawaan dunia dengan segala isi dan sifatnya ke dalam pikiran manusia. Transformasi dunia tersebut digambarkan sebagai DNA yang membawa seluruh sifat-sifat dari seseorang untuk kemudian meneruskan sifat tersebut kepada keturunan yang akan datang. Transformasi dunia adalah suatu proses yang harus dilakukan agar seseorang mampu memahami dunia dan tidak tersesat dalam perjalanan hidupnya.
Dalam filsafat pendidikan matematika, transformasi dunia dapat dipersempit dalam ruang lingkup kependidikan matematika. Sifat-sifat yang harus dipahami pun lebih sedikit dari sifat-sifat dunia pada umumnya. Contohnya adalah adanya komunikasi dalm pembelajaran, keteraturan, inovasi pendidikan, kurikulum, silabus, karakter siswa, metode, model pembelajaran, dan masih banyak hal lain yang ada dalam pendidikan matematika dan perlu ditransformasikan agar paham tentang segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika.
Kutub-kutub lain yang masih ada dalam dunia adalah aku dan bukan aku, logika dan pengalaman, masalah dan bukan masalah, penting dan tidak penting, makro dan mikro, formalist dan bukan formalist, matematika murni dan pendidikan matematika, fenomena dan noumena, fundamentalis dan antifundamentalist, tetap dan berubah, dan lain-lain.
Demikianlah dunia dan kehidupan manusia didalamnya memiliki beragam aspek dan nilai. Semua jalan dan tindakan akan selau bergantung pada interaksi antar kutub tersebut. Tanpa adanya kutub tersebut, mustahil manusia mampu hidup dan mengembangkan pikirannya. Itulah bukti seberapa vital kutub-kutub tersebut dalam dunia.

Minggu, 08 Mei 2011

JAWABAN PERTANYAAN MAHASISWA


Kuliah oleh Bapak Marsisgit
Filsafat Pendidikan Matematika

1.   Apakah filsafat mempelajari dirinya sendiri?
Jawab:
Dalam filsafat, terdapat 3 kategori penting yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi. Ontology berarti segala hal yang berhubungan dengan hakikat dan atau makna dari sesuatu. Epistemologi berarti segala hal yang berhubungan dengan cara, metode, serta pendekatan yang digunakan untuk mengkaji obyek filsafat. Sedangkan aksiologi adalah berupa nilai-nilai etik, estetika dan spiritual.
           Filsafat memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, maka karena itulah filsafat memperkaya ilmunya sendiri dan menterjemahkan ilmu-ilmu yang ada didalamnya. Hal ini dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.

Ontologi
Epistemologi
Aksiologi
Ontologi
1
2
3
Epistemologi
4
5
6
Aksiologi
7
8
9

Keterangan:
1.   Ontologi  Ontologi : Hakekat dari hakekat. Yaitu menerjemahkan hakekat dari             
                                     hakekatnya segala sesuatu. Hal ini hanya dapat
                                     diketahui oleh Tuhan YME.
2.   Ontologi  Epistemologi : Hakekat dari cara. Yaitu menerjemahkan hakekat
                                             dari pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji
                                             suatu obyek filsafat.
Contohnya adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk dari kesempurnaan peribadatan ataupun simbol tertentu dalam falsafah kehidupannya, seperti ritual dalam pernikahan, wayangan, labuhan, dan lain-lain.
3. Ontologi  Aksiologi : Hakekat suatu nilai.
4. Epistemologi Ontologi : Pendekatan untuk memahami hakekat.
Contohnya adalah berbicara untuk menjelaskan sesuatu secara filsafati. Menjelaskan sesuatu dalam filsafat adalah mencari hakekatnya, sehingga disebut-sebut jika tidak mampu bicara hakekat maka bukan berfilsafat.
5. Epistemologi  Epistemologi: Mengkaji cara yang ditempuh untuk melakukan
                                                      suatu pendekatan terhadap obyek filsafat.
6. Epistemologi Aksiologi: Cara yang dilakukan untuk mengkaji suatu nilai-nilai
                                               dalam filsafat, yaitu etik, estetika, dan spiritual.
7.  Aksiologi  Ontologi: Nilai suatu hakekat.
8. Aksiologi  Epistemologi: Yaitu nilai-nilai dari pendekatan atau cara yang
                                               dilakukan untuk mengaji sesuatu dalam filsafat.
9. Aksiologi  Aksiologi: Yaitu nilai dari nilai yang terkandung dalam suatu obyek.
Dari ke Sembilan proses mempelajari filsafat, dapat dilihat bahwa luas sekali jangkauan filsafat dalam kehidupan. Bahkan filsafat memperkaya dan mempelajari dirinya sendiri.
2.   Bagaimana cara memberitahu agar teman sendiri mau beribadah sholat?
Jawab:
Dalam filsafat, terdapat tingkatan kebutuhan manusia yaitu dimulai dari material, formal, normative, dan spiritual. Seseorang yang belum mau untuk beribadah sesuai agama yang dianutnya bisa saja disebut telah melakukan kesalahan. Dari sisi yang lain, orang tersebut mungkin belum bisa memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu kebutuhan spiritual yang berkaitan dengan penyembahan terhadap Tuhan dan kepatuhan terhadap agama yang dianutnya. Dalam kasus ini, orang tersebut dalam keadaan menganut agama Islam sehingga ia diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu sebagai bentuk kepatuhannya terhadap Tuhan. Jika orang tersebut sulit untuk disuruh sholat, mungkin dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan cara mengajak dan membimbing untuk sholat dengan baik dan benar. Membimbing dan mengajarkan sesuatu akan lebih bermanfaat jika disbanding dengan hanya sekedar memberitahu.
Bagaimana agar hati mampu mengendalikan pikiran? Jawabannya adalah dengan cara mencari guru spiritual yang dapat membimbing dengan baik dan benar. Guru spiritual tersebut harus memiliki ilmu keagamaan yang lebih tinggi agar mampu memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan, seperti dalam tata cara peribadatan. Esensi dari beribadat tidak lain adalah tata cara ritual keagamaan yang benar, cara penyembaha, doa, serta sikap dan waktu yang terbaik. Maka karena itulah seseorang wajib memperbaiki diri dalam tata cara beribadah.

3.   Filsafat adalah bahasa, lalu seberapa krusial peran filsafat dalam bahasa?
Jawab:
Hal yang paling krusial adalah jika seorang penguasa menggunakan filsafat untuk mempengaruhi orang. Filsafat dapat mengubah pandangan hidup dan jalan pikiran seseorang, sehingga dikhawatirkan dapat merusak kebebasan pandangan hidup seseorang dalam kehidupannya. Hal ini tidak jauh dari pembentukan karakter seseorang oleh orang lain yang memiliki karakter yang lebih kuat. Penguasa yang memiliki karakter kuat akan berbahaya jika menularkan pemikiran salahnya terhadap orang lain. Hal ini harus dihindari, yaitu dengan cara memperkuat karakter diri dengan kepribadian yang baik dan mengembagkan kualitas filsafati dalam jalur yang benar.

4.   Bagaimana cara memahami karakter siswa?
Jawab:
Cara memahami karakter siswa adalah dengan cara berkomunikasi secara baik dan melakukan pendekatan. Komunikasi tersebut dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yaitu dengan media elektronik ataupun lisan. Dengan berkomunikasi dan dekat dengan siswa, maka diharapkan dapat mengetahui jalan pikiran siswa sehingga mengerti kebutuhan siswa dalam pemilihan metode pembejalaran ataupun cara evaluasi yang baik. Jika seorang guru mengerti karakter siswanya dan mengunakan metode yang tepat, maka diharapkan akan tercapai tujuan-tujuan pembelajaran dengan baik.

5.   Fenomena dalang cilik, cocokkah ditonton oleh orang dewasa?
Jawab:
Pertunjukkan wayang sebagai pagelaran yang memuat unsur budaya, agama, dan moral (aksiologi) merupakan pertunjukkan yang penuh makna bagi orang Jawa. Dalang sebagai konduktor pertunjukkan bertugas menyampaikan isi cerita, alur, serta percakapan antar tokoh-tokoh pewayangan. Sering kali jalan cerita pewayangan tidak jauh berbeda dengan kehidupan sehari-hari orang jawa yang dekat dengan upacara adat.
Fenomena adanya dalang cilik baik bagi regenerasi pewayangan masa depan, agar diminati oleh segala golongan usia. Namun, ketika dalang cilik melakonkan wayangnya dalam cerita pernikahan, berkeluarga, memiliki anak, dan bermasyakarat tentu saja masih merupakan mitos semata. Hal ini dikarenakan Si Dalang Cilik baru dapat menghafal saja, dan belum pernah mengalami pengalaman berkeluarga, menikah, dan lain-lain. Inilah yang disebut-sebut masih merupakan setengah dunia saja dalam filsafat. Karena itulah fenomena dalang cilik ini hanya terbatas pada penanaman minat wayang pada anak-anak saja, dan belum dapat dikatakan memiliki nilai-nilai wejangan dari yang dirasa memiliki banyak pengalaman hidup.

6.   Bagaimana cara menghilangkan perasaan panik dan gelisah?
Jawab:
Panik dan gelisah dalam diri manusia ada 2 jenis, yaitu panik hati dan panik pikiran. Cara menghilangkan perasaan panik dan gelisah hati adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Melakukan pendekatan pada Tuhan dapat dilakukan melalui berdoa secara khusyu dan melakukan istighfar secara terus-menerus. Adanya perasaan gelisah dan panik tersebut dikarenakan adanya godaan setan dan menyebabkan goyahnya hati sehingga dapat mengakibatkan goyahnya pikiran pula.
Apabila panik yang terjadi adalah dalam pikiran, maka bukan semata-mata sesuatu yang buruk, tetapi juga bisa merupakan awal dari ilmu. Paniknya pikiran bisa saja disebabkan oleh adanya kecurigaan terhadap sesuatu, dan akan berujung pada mencari jawaban (mencari ilmu). Hal inilah yang kemudian dikatakan sebagai proses belajar seseorang.
7.   Bagaimana hubungan sejarah dan filasafat?
Jawab:
Kajian dalam filsafat adalah segala sesuatu yang sudah berlalu, sekarang, dan yang akan datang. Sedangkan kajian sejarah adalah segala sesuatu yang telah berlalu. Dapat diketahui dari kajian filsafat dan sejarah tersebut bahwa filsafat mempelajari sejarah atau dapat pula dikatakan bahwa sejarah terdapat dalam filsafat. Filsafat adalah penghung antara dimensi ruang dan waktu yang telah berlalu dengan sekarang dan yang akan datang. Filsafat membawa serta kejadian-kejadian serta hakekatnya seperti foto, kamera dan rekaman yang memuat kejadian di masa lalu dan bisa disebut sebagai mesin waktu.

8.   Apa filsafat dari gendhing Jawa?
Jawab:
Gendhing jawa adalah seperangkat alat music khas Jawa yang dapat menimbulkan suara harmonis dan selaras. Harmoni menjadi hal yang sangat menarik dalam gendhing Jawa karena ada 50 macam alat music yang berbeda tetapi dapat menghasilkan suara yang tidak saling menghancurkan. Kolaborasi suara Gendhing Jawa sangat selaras dengan lingkungan dan fenomena yang terjadi di dalamnya. Hubungan antara gong dan kendhang selaras seperti hubungan antara suara angin badai dan hujan. Tidak ada yang ganjil dalam perpaduan suara hujan dan angin seperti halnya dalam perpaduan suara gong dan kendhang. Filsafat dari gendhing Jawa adalah keselarasan dan harmoni.

9.   Bagaimana Syekh Siti Jenar menganggap dirinya Tuhan?
Jawab:
Syekh Siti Jenar adalah suatu ulama Islam pada masa sunan Walisongo masih hidup. Syekh Siti Jenar yang memiliki gelar syekh adalah seseorang yang dianggap memiliki ketaan beribadah yang tinggi serta dituakan dalam golongannya. Tetapi seiring berjalannya waktu dalam masa ia mendalami ilmu agama serta mendekatkan diri kepada Tuhan, ia merasakan suatu tingkatan/ pencapaian yang sangat tinggi dalam doanya.
Pencapaian tersebut ia rasakan sebagai kedekatan terhadap Tuhan sehingga ia merasa telah menyatu kepada Tuhannya. Atas adanya perasaan seperti itulah kemudian ia menyebut-nyebut dirinya sebagai Tuhan. Syekh Siti Jenar menganggap dirinya adalah yang telah meyatu dengan Tuhan sehingga ia patut untuk disebut Tuhan dan disembah seperti Tuhan oleh semua orang.
Kesombongan dalam diri Syekh Siti Jenar itulah yang membuat ia lupa akan kehambaannya terhadap Tuhan. Kesombongan dalam ketaan beribadah dapat menyebabkan seseorang terperosok dalam pemikiran yang salah dan kemudian disebut sebagai orang yang musrik dan perbuatan ini justru sangat dibenci oleh Allah SWT.

10. Bagaimana kriteria orang bijaksana?
Jawab:
Kebijaksanaan yang tertinggi adalah milik Tuhan, sedangkan manusia hanya bisa berusaha untuk dapat menggapai sifat-sifat bijaksana, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Tuhan YME. Cara untuk menggapai bijaksana salah satunya adalah dengan berfilsafat kerena filsafat mempelajari hakekat dari segala sesuatu dan dapat menjadikan seseorang bertingkah laku sesuai dengan tempat dan posisinya masing-masing. Jika seseorang telah melakukan sesuatu sesuai rung dan waktunya, maka orang tersebut dapat dikatakan bijaksana.
Dalam kehidupan orang barat, bijaksana adalah milik orang-orang yang berilmu dan mau belajar dengan tekun. Karena itulah orang-orang pandai di Barat sangat dihargai dan bahkan dinobatkan sebagai ilmuan atau ahli tertentu. Sedangkan dalam kehidupan orang Timur, orang yang bijaksana adalah orang yang berilmu, memberikan ilmunya, memiliki karsa serta karsa. Bagi orang Jawa, orang yang bijaksana adalah orang-orang yang mampu memberi, baik memberi ilmu, uang, serta kenyamanan kepada orang lain. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang Indonesia berlomba-lomba mencari jabatan, pangkat, derajat, dan harta sehingga ia dapat memberikan kepada orang lain dan kemudian dapat dianggap sebagai orang yang bijaksana. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa ternyata pencapaian kebijaksanaan dalam kehidupan sering kali berbeda dengan makna kebijaksanaan yang sebenar-benarnya.

11. Bagaimana cara guru memfasilitasi siswa agar jelas dalam menyerap penyampaian materi?
Jawab:
Cara terbaik yang dilakukan guru untuk dapat memfasilitasi siswa dalam menyerap penyampaian materi adalah dengan cara guru membangkitkan kreatifitas siswa agar tidak bosan dalam pembelajaran. Ketika siswa tidak merasa bosan, maka siswa akan memperhatikan penjelasan guru mengenai materi/ bahan ajar sehingga pada akhirny siswa dapat mengerti secra baik tentang materi tersebut. Kreatifitas siswa dalat terbentuk apabila siswa dalam kondisi tidak terbebani dan nyaman dengan kegiatannya, untuk itulah maka guru perlu memberikan kemerdekaan kepada siswa dalam menetukan metode pembelajarannya masing-masing.
Kemerdekaan berpikir dan memahami materi tentu saja haruslah merupakan kemerdekaan yang bertanggung jawab dan terkontrol, karena jika tidak diimbangi dengan rasa tanggung jawab maka akan terbentuk suatu kondisi yang anarkhis dan justru dapat melenceng dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Disitulah peran guru sebagai pengarah dan pembimbing siswa dalam belajar.

12. Bagaimana cara berfilsafat dengan baik agar dapat selalu sadar ruang dan waktu?
Jawab:
Cara berfilsafat yang baik agar selalu sadar ruang dan waktu adalah menjauhkan diri dari mitos dan selalu mengguanakan hati sebagai komando pikiran ketika sedang berfilsafat. Manusia sebagai makhluk yang lemah memiliki banyak sekali kekurangan dan ketidakmampuan. Salah satunya adalah kenyataan bahwa kehidupan manusia hanyalah suatu reduksi saja. Manusia dalam hidupnya menghabiskan waktu hidup dan berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Manusia dalam ruang tertentu tidak bisa menempati ruang yang berbeda dalam waktu yang sama. Inilah yang disebut manusia mengabaikan ruang tertentu untuk ruang lain yang lebih bermanfaat.
Dalam kenyataannya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup. Pilihan tersebut sering kali menjadi awal ruang dan waktu lain yang akan dijalani seseorang nantinya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak sepenuhnya mengabaikan ruang dan waktu itu salah, tetapi benar jika ia memilkih ruang dan waktu lain yang lebih bermanfaat untuk dirinya.
13. Antara hati dan pikiran, apakah harus seimbang?
Jawab:
Antara hati dan pikiran haruslah seimbang agar terjadi keselarasan dalam hidup. Masalah biasanya terjadi ketika hati dan pikiran tidak dapat mencapai keseimbangan tersebut. Agar terjadi keseimbangan, maka hati perlu memperkuat dirinya agar mampu mengendalikan pikiran. Pikiran juga memberikan sumbangan ilmu agar mampu membawa hati pada nilai-nilai yang benar pula.
Dalam filsafat, segala hal memiliki dimensinya masing-masing termasuk hati dan pikiran. Jika hati memiliki perspektif Tuhan, maka pikiran memiliki perspektif ilmu. Ilmu dan keyakinan tersebut harus dikondisikan dalam keadaaan yang selaras dan seimbang agar tidak terjadi pertentangan dalam diri seseorang dan pada akhirnya akan mengakibatkan ia sakit (dalam filsafat perlu di beri penjelasan).